I Love You Mom

I Love You Mom

"Rosa bangun, sarapanmu sudah mama siapkan di meja." 

Tradisi ini sudah berlangsung 20 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat, tapi kebiasaan mama tak pernah berubah.

"Mama sayang, nggak usah repot-repot ma. Aku sudah dewasa," pintaku pada mama pada suatu pagi.

Wajah mama pun langsung berubah.

Ketika mama mengajakku makan siang di sebuah restoran, aku buru - buru mengeluarkan uang dan kubayar semuanya, demi melihat senyuman di wajah mama.

Ternyata bukan senyum yang kuterima, namun raut sedih itu kembali muncul.

Kenapa mama sedih sekali? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami mama karena dari sebuah artikel yang kubaca bahwa orang yang lanjut usia bisa sangat sensitif dan cenderung bersikap kekanak-kanakan. 

Tetapi entahlah ... niatku ingin membahagiakan malah membuat mama sedih. Seperti biasa, mama tidak akan pernah mengatakan apa-apa.

Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, "Ma, maafin aku kalau telah menyakiti perasaan mama, apa yang bikin mama sedih?" Kutatap setiap sudut mata mama, ada genangan air mata disana.

Terbata-bata mama berkata, "Tiba-tiba mama merasa tidak lagi dibutuhkan. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Mama tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, mama tidak bisa lagi jajanin kamu. Semua sudah bisa kamu lakukan sendiri."

Ya Allah, ternyata bagi mamaku, bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tidak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat mama menjadi sedih karena aku tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing. 

Sejenak aku merenung. Apa yang telah kupersembahkan untuk mama dalam usiaku sekarang? Adakah mama bahagia dan bangga pada putrinya?

Ketika itu kutanya pada mama. Mama menjawab, "Banyak sekali nak, kebahagiaan yang telah kamu berikan pada mama. Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan untuk mama. Setelah dewasa, kamu berperilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat mama. Setiap kali binar matamu mengisyaratkan kebahagiaan disitulah kebahagiaan orang tua."

Lagi-lagi aku hanya bisa berucap, "Ampuni aku ya Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada mama. Masih banyak alasan ketika mama menginginkan sesuatu." Betapa sabarnya mamaku melalui liku-liku kehidupan.

Mamaku seorang yang idealis, menara keluarga, merawat, dan mendidik anak-anak adalah hak prerogratif seorang ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapa pun. Maafkan kami, Mama yang 18 jam sehari sebagai 'pekerja' seakan tidak pernah membuat mama lelah. Sanggupkah aku ya, Allah ?

"Rosa, bangun Nak ! Sarapannya sudah mama siapkan di meja."

Kali ini aku melompat, sesegera mungkin kubuka pintu kamar dan kurangkul mama sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat - lekat dan kuucapkan "Terima kasih mama, aku  beruntung sekali memiliki mama yang baik hati. Izinkan aku membahagiakan Mama."

Kulihat binar itu memacarkan kebahagiaan.

Cintaku ini milikmu, mama. Aku masih sangat membutuhkanmu. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu. Tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat, "Aku sayang kepadamu." Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita miliki kepada orang yang kita cintai. Kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, ibu. Walau mereka tak pernah meminta, percayalah kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.

"Robbigfirlii waliwalidaiyya war hamhuma kama rabbayanii shogiroo..."

"Ya Allah, jagalah dan peliharalah kedua orang tuaku sebagaimana mereka menjaga dan memeliharaku diwaktu kecil..."

Selamat berakhir pekan bersama keluarga ya sobat. Sempatkan diri untuk mengunjungi orang tua atau berziarah ke makam mereka dan mendoakannya. Ok?

Salam,

#krupukrambakkriuk 

Renyahnya bikin perut kriuk-kriuk 

PIN : 52A1 123B

FB : Krupuk Rambak KRIUK